Menanggapi Film Fitna

Sentimen Sosial-politik yang direligiuskan.

Fitna yang sempat menjadi perbincangan hangat, setelah saya melihat film ini, sedikit terkejut (beda terkejutnya dengan magic David Copperfield pada postingan sebelumnya ).

Ingin menanggapi film Fitna (berdasarkan pemikiran saya dan artikel dan surat imaginatif yang ditujukan kepada si pembuat yang saya baca di warta gereja saya ) ;

Film pendek ini dibuat oleh politisi Belanda, Greet Wilders, pemimpin politik dari Partai Kebebasan yang menjadi anggota parlemen Belanda. Dari biografi Wilders diketahui bahwa ia mengupayakan pembatasan imigrasi terhadap pendatang dari dunia non-Barat ke Belanda, berupaya mencekal dan melarang Al-Quran beredar di Belanda dan banyak kali melancarkan kritik terhadap Islam.

Ia disebutkan telah menolak himbauan PM Belanda , Jan-Peter Balkenende untuk membatalkan penyiaran “Fitna”. Malahan ia menyebut Balkenende “pengecut professional yang menyerah kepada Islam”. Kali ini sasarannya jauh dari Nabi Muhammad, yakni Al-Qur’an sendiri. Wilders dalam wwancara dengan harian De Volkskrant menyebut Al-Qur’an sebagai “buku fasis” dan menyamakannya dengan buku Hitler, Mein Kampf. Beliau menikam setepatnya jantung keislaman, yakni Al-Qur’an.

Paparan point ;

  • Pandangan yang mendasari pembuatan “Fitna” berangkat dari pandangan politik. Mestinya bukan menjadi seorang yang tidak bisa ngebedain mana politik dan mana agama. Suatu pandangan politik tertentu yang diterapkan untuk menghantam dasar keagamaan, apapun agama itu, adalah sejajar dengan kebodohan menerapkan kimia kepada geografi, di mana yang akan dicapai hanyalah gambar peta yang semula bagus menjadi hangus oleh unsur kimia.
  • Pandangan kuno yang sudah tidak relevan dan keliru besar , yang melihat Islam maupun Kristen sebagai entitas utuh. Dalam Teologi pembaruan (Religionum) yang muncul dari pemikiran Protestan, dikuatkan Katolik Roma dan dishared Islam mainstream.

Setiap hari mata kita dapat melihat bagaimana agama-agama secara faktual tidak pernah merupakan suatu entitas utuh. Sebagaimana dalam politik ada faksi-faksi yang berbeda pandangan dan filosofi, begitulah juga yang terjadi dalam agama-agama. Dalam Kristiani ada banyak denominasi dari yang diperkirakan, begitu juga Islam ada begitu banyak faksi lebih dari yang diketahui.

Jadi yang bermasalah adalah dengan salah satu faksi Islam (teroris radikal), bukan keseluruhan Islam. Jadi ketika berniat menghantam kitab suci Islam sama seperti ingin membunuh sekelompok tikus dengan membakar seluruh lumbung, di mana lumbung tetangga ikut hangus dalam kebakaran tersebut.

  • Pembuat ”menelan” mentah-mentah umpan yang disediakan oleh musuh-usuh (teroris radikal) agar pembuat menjadi musuh Dunia Muslim.

Semakin kacau dunia ini dengan semua umat yang saling bermusuhan, makin menyenangkan dan kondusif untuk kelompok radikal ini.

Belajarlah hidup berdampingan dengan tetangga Muslim dalam damai sama sekali bukan karena alasan ketakutan dan kekuatiran, melainkan karena keyakinan iman bahwa setiap umat adalah ciptaan Tuhan merindukan hidup dalam damai sebagaimana diamanatkan Allah dalam agama masing-masing.

Dewasa ini kelihatannya Muslim radikal dan kelompok teroris menunjukkan ”kemarahan” kepada pembuat, tetapi sesungguhnya mereka ”berterimakasih” kepada pembuat yang ikut menyalakan kekuatan semangat mereka dan mendorong semakin banyak Muslim yang mainstream berpihak kepada teroris radikal.

  • Filosofi chaotic yang menjadi tujuan teroris , umat manusia keseluruhannya tidak pernah lepas dari hostilitas yang tiada habisnya dengan korban darah, nyawa dan rasa aman serta masa depan generasi mendatang.

Dengan menayangkan ”Fitna” sebenarnya pembuat memberi kontribusi yang besar kepada kelompok teroris. Membantu tanpa disadari.

  • Iman mendorong agar umat manusia hidup dalam kesatuan damai, saling mengasihi, saling mendukung.

Mereka yang merusak upaya itu mesti dihukum, bukan dibantu tanpa disadari.

Darkness cannot drive out darkness, only light can do that.

Hate cannot drive out hate, only love can do that.

Bagi teman-teman yang sudah sempat /belum/akan menonton film ini, berpikirlah secara rasional berdasarkan fakta dan latar belakang yang telah terjadi sebelumnya, bukan dengan emosi sesaat.

Kita hidup untuk saling mengasihi dan membantu, sebagaimana yang telah diamanatkan (agama apapun itu). Jangan mudah terpengaruh oleh apapun yang ingin memecah belah rasa toleransi antarumat beragama.

Alangkah indahnya hidup dalam damai, jadi kenapa harus ribut-ribut, kenapa harus ada korban yang jatuh ?? Mendingan energi yang dimiliki disalurkan untuk hal yang lebih berguna.

– salam damai –

10 thoughts on “Menanggapi Film Fitna

  1. hmm..
    nanya dunk, ada nggak ya programmer yang tersinggung klw misalnya program buatannya di olok-olok ama anak kecil (sebut saja masih SD) yang sama sekali buta tentang program tersebut dan bahkan (mungkin) ga pernah berinteraksi langsung dengan program tersebut..
    hehehekh.. analogi yang aneh..
    mungkin programmer itu akan menanggapi dengan cuek dan mengacuhkan anak tersebut. (hal ini bisa dilakukan klw programmer tersebut tahu bahwa niat yang sebenarnya dari si anak kecil adalah memang untuk mencela, jadi pembelaan apapun yang diberikan oleh programmer, bahkan sampai marah dan memukul anak tersebut tidak akan menyelesaikan masalah)
    atau mungkin programmer tersebut, klw menyadari bahwa yang dilakukan anak kecil itu adalah murni karena ketidaktahuannya dan dia sebenarnya tidak ada niat untuk mencela, dapat, kalau dia mau, memberikan penjelasan seperlunya atau bahkan sampai anak tersebut mengerti mengenai program tersebut dan dapat merasakan manfaatnya..
    hehehekh..

    mungkin benar kata mel, klw kita menanggapi dengan emosi, yang diuntungkan malah pihak lain yang emang pengen terjadi perpecahan, bukan kita..(kalau kita emang pihak yang ga pengen terjadi perpecahan..hehekh..)

    hehehehekh.. banyak ga nyambung.. tapi ya sud lah..
    Smangka!!
    -God bless-

  2. Wah, sepertinya sebelumnya saya pernah give a comment di sini deh. Kok langsung nda ada lagi ya? Cepet banget ilangnya? Hehe 12x. Padahal saya cuma mau tersenyum setuju karena kebetulan saya juga pernah membaca warta yang sama.

  3. filmnya terlalu maksa..
    keliatan banget dieditnya, walopun cara ngeditnya cukup “pinter”

    btw, mel.. bahasannya berat juga euy..

  4. salam damai juga, Mel…
    hi3… setuju ama kamu, agama dipandang sebagai fraksi, buakn secara utuh
    wong ayat Al Qurannya yang ditampilin aja kepotong-potong gitu

  5. wah banyak juga yang ngoment-in..
    @ticus_wero, ehm..kira2 sapa ya??? berarti di gki juga donk =),

    @ bang arion yang emang gak terlalu nyambung, hehe.. soal programmer itu… harusnya bisa tau lah ya orang yang mw ngejek, atau emang sama sekali gak tau, dan bla bla bla.. Gak usah terlalu memikirkan apa yang orang lain katakan (terutama yang bermaksud menjatuhkan), lebih baik tetap melakukan yang terbaik.. hehe..semakin gak nyambung..

    @ ghe2.. haha.. lagi pengen ngulas ghe, ehm btw bahasan nya gak berat koq, sama aja ama postingan lain, lagi pengen ngbahas aja. =p

  6. ummm ku gak baca sih tulisan kamu (lagi males euy) tp ya gara2 masalah berkepanjangan kayak gini relasi dengan teman2 yang islam jadi agak terganggu (bukannya aku terpengaruh) dunia semakin panas saja…

    kalo masalah isi dalam film itu, aq rasa tanpa adanya film ini, sudah banyak orang yang tau.

    Yo peace, boys and girl… no offense lho, cuman mau ngomment ^^

Leave a reply to arimare Cancel reply