Pengalaman Jatuh Keserempet

Smalam habis pulang dr kantor, saya terjatuh dr sepeda (yes i’m a bike-to-work person). Ceritanya ada si bapak yg ‘mungkin’ terburu2 sampai2 gitu nyerempet saya, cuman liat bentar trus pergi.

Saya ga niat ngomel2 apalagi nuntut krna ga ada gunanya jg. Bersyukur ga sampe knapa2 jg (cuman memar dan goresan dikit di lutut plus sobekan clana kantor di lutut gyaaaa).

Kalo orang bijak pernah bilang, ketika Anda jatuh, cobalah memungut sesuatu. Lewat kejatuhan ini ada satu hal yg sy syukuri banget, yaitu rancangan Tuhan tuh keren dan super detail sampai bisa nyiptain manusia lengkap dengan sistem refleks (saraf tak sadar kalo istilah biologinya). Yup, tangan sy yg refleks, lutut saya yg refleks nahan badan lah yg buat sy tidak cedera parah.

Kalau masa penciptaan saja Dia udh mikir yg terbaik dan sedetail itu, apalagi saat kita menjalani hidup. *selftalk*

Langkah Mau ke Mana

Sepertinya saya terkena sindrom galau menjelang lima tahun sudah berkecimpung di dunia profesi. Gyaaaa.. terkadang maunya A, besok maunya B, besok bisa beda lagi tergantung mood. Terlalu banyak godaan keinginan; ingin melakukan ini dan itu.

Ada yang senasib dengan saya? Sampai – sampai harus buat list pemetaan biar bisa lihat dengan lebih jernih πŸ˜€ Hehehe..

langkah mau ke mana

daftar langkah mau ke mana

Berbicara soal langkah atau jalan, jadi teringat ama ayat pas lulus katekisasi tempo doeloe (selalu ingat kalau di persimpangan jalan πŸ˜€ ):

“Tunjukkanlah kepadaku jalanMu ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaranMu;Β bulatkanlah hatiku untuk takut akan namaMu”Β (Mazmur 86:11).

Teach me ThyΒ way, Oh LORD; I will walk in Thy truth: unite my heart to fear Thy name…

Tentukan dengan Bijak

Pilpres kali ini sangat fenomenal dan besar harapan momen ini menjadi tonggak sejarah yang positif. Jadi jangan sia-siakan hak pilih Anda.

Bagi yang bingung milih yang mana, segera cari tahu profil, lihat visi misi, debat, dan hasil kerja calon nya. Hati-hati thdp opini yg sifatnya menyerang. Cek ke beberapa sumber agar tdk terkecoh.

Saya pribadi milih Pak Jokowi-JK.

Alasannya?
JKW: punya hati untuk masyarakat, bisa ngajak banyak kalangan tanpa iming2, ‘concern’ thdp SDM, sederhana, pemimpin tak berjarak, sosok yg fenomenal dlm hal kerakyatan, cukup visioner, pendengar berbagai kalangan (baik saran maupun keluh kesah), memberi pengertian.

JK: cepat, tanggap, energik di usia saat ini, penguasaan akan makro ekonomi.

Tapi kan  begini tapi kan begitu. Memang tak ada yg sempurna. Presiden butuh dukungan dan kontribusi nyata dari tiap warganya. Pertanyaan nya apakah yg akan kita berikan pd keberlangsungan negara ke depan? Suara sudah pasti. Kontribusi jugalah yg dibutuhkan bangsa ini, entah siapapun nanti presiden yang terpilih. Karna kontribusi bukan hanya pikulan presiden! (*self talk)

Tentukan pilihanmu dgn bijak. Salam dua jari πŸ˜‰

Challenges Accepted

For you fan of How I Met Your Mother serial, this blog title isn’t something new. Yes, this statement is usually declared by Barney Stinson when he felt something challenging. This inspiring me to make my own challenging things and accept that challenge.

Ok here is my challenge:

  1. Arrange trip
  2. Try at least 3 new cooking recipes
  3. Submit articles or opinions to local newspaper
  4. Do a Campaign about ‘sthg’ (currently thinking about the theme).

Aaandd here wo goooo… Challenges Accepted!

Skeptis Pemilu Caleg

Lusa sudah pemilu. Animo massa terbagi dalam beberapa kelompok, si cuek, si gebu-gebu, si tak tahu menahu, si polos, si pengikut dan si dalang. Saya pribadi skeptis dengan pemilu caleg ini. Mayoritas caleg nya adalah wajah lama, usia di atas 50 tahun, berasal dari partai yang korup dan punya sejarah yang tidak berpihak pada rakyat.

Mau milih siapa? Yang terbaik dari terburuk? Tetap saja buruk! Keenakan malah yang dipilih seakan-akan mendapat ‘restu’ dari pemilih yang ujung-ujungnya akan dipakai untuk kepentingan pribadi atau partai. Oleh krna ini, sebenarnya tidak percaya Indonesia bisa hebat hanya karna pemilu. Dapatkah kita memetik apel dari pohon mangga?

 

Nostalgia Seragam Putih – Merah

Belakangan ini teman-teman se-SD saya baru pada nongol di facebook karena seorang teman yang nge-tag nama-nama kami. Nostalgia yang cukup menyenangkan.

Saya teringat karakter masing-masing anak (ada yang bandel minta ampun, ada yang ingusan, ada yang pendiam, ada yang bawel, macem-macem!)

Saya teringat juga bagaimana 6 tahun kami lalui bersama dalam satu kelas yang tercap kelas paling nakal, paling ribut, dan kesannya gak suka belajar. Tiap hari pasti ada guru yang ngomel. Sering ada yang di-setrap, dipanggil guru BP (Bimbingan & Penyuluhan).

Every child is unique, isn’t it! I’m pretty grateful have friends like them. We learnt and played together, by not looking the colour of our skin nor the dialect we speak. Pure friendship! Β Yes we ‘re fighting each other, but a minute or hour or day after we talked each other again. Seems like we didn’t have a fight before. Our friendship is more important from ego or pride. Β What an adult should learn from children… #selftalk

Miss you, guys.
Wow.. It’s already been 14 – 20 years..